Sriwijaya FC Akhirnya Dibeli Herman Deru, Sempat Sindir Kondisi “Ibarat Terpijak Paku Karatan”.
Dengan lantang, Herman Deru meminta agar konflik yang terjadi di Sriwijaya FC bisa berhenti dan Muddai Madang bersama jajaran manajemen PT SOM mundur dari jabatan mereka.
“Saya minta Pak Muddai mundur, saya ingin konflik ini berhenti. Ibarat kaki terinjak paku, karatan. Dicabut sakit, dibiarkan tetanus,” kata Herman Deru
Setelah menjelaskan panjang lebar soal konflik yang ada di Sriwijaya FC, Herman Deru langsung berpamitan meninggalkan lokasi.
“Saya minta malam ini sudah bisa diambil (saham) sebagai Gubernur saya diskresikan, jangan sampai pertemuan malam ini Sriwijaya FC malah jadi tutup, kalau masih mempertahankan saya pulang kampung jual sawah (untuk membeli Sriwijaya FC),” kata Herman.
“Sekda saya minta sudah dapat kesimpulan malam ini dari Pak Muddai, saya akan jadwal menghadiri acara lain. Jika masih belum selesai, saya balik lagi ke sini,” ujar Herman Deru mengakhiri pidatonya.
Sekda Sumsel Nasrun Umar pun langsung mengantarkan Gubernur Sumsel meninggalkan ruangan. Namun, saat kembali di ruang rapat dan duduk bersama dengan Muddai, Nasrun menyampaikan Sriwijaya FC telah diserahkan kepada Herman Deru.
“Muddai akan serahkan sahamnya ke Herman Deru bukan sebagai gubernur tapi sebagai pribadi. Nanti, kepada siapa gubernur menyerahkan tongkat estafet ya setelah ini akan diputuskan,” ujar Nasrun.
Seusai pernyataan tersebut diutarakan Nasrun, Muddai pun langsung beranjak meninggalkan lokasi rapat tanpa mengeluarkan sepatah kata pun saat dicecar awak media.
“No coment, silakan tanya ke yang lain,” kata Muddai bergegas masuk pintu lift.
Lalu, Sekda melanjutkan acara di ruang hotel dan menyatakan ke para tamu undangan akan dilakukan serah terima surat pernyataan, pelimpahan aset, hingga pembentukan tim pormatur manajemen.
“Tentunya kita sepakat proses ini tidak bisa selesai malam ini,” ujar Nasrun menutup acara.
Muddai Madang menjadi komisaris utama PT Sriwijaya Optimis Mandiri sejak 2008 yang menaungi klub Sriwijaya FC.
Dia pun terpaksa turun gunung pada pertengahan Juni 2018, saat Sriwijaya FC mengalami kesulitan keuangan untuk mengelola manajemen.
Ketika Juni-Desember 2018, Muddai mempertaruhkan semuanya hingga harus mengeluarkan dana Rp 1,5 miliar per bulan agar kondisi gaji pemain tetap stabil. Akan tetapi, usahanya itu masih tak bisa menyelamatkan Sriwijaya FC dari jurang degradasi.
Setelah Sriwijaya FC turun kasta, Muddai pun menyatakan akan menyerahkan saham kepemilikannya sebesar 88,0 persen bagi siapa pun yang berminat karena ia tak sanggup lagi menalangi seluruh biaya laskar Wong Kito. (rs)