Sepayung FSS Mendayung UKM…!
* Gapeham dan FSS Mitra UKM
Palembang, kabarkata.com – Forum Sumatera Selatan Sejahtera (FSS) dan Gabungan Pengusaha Hamdricraf Makanan (Gapeham) sepayung untuk memajukan UKM. Agar tumbuh pelaku UKM yang tangguh.
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) selalu dirundung kendala klasik, berupa kekurangan dari segi kemampuan manajemen, kualitas sumber daya manusia (SDM), dan ketersediaan modal. Padahal, merekalah penggerak sektor riil mengingat di atas 90 persen pelaku usaha di negeri ini adalah Koperasi dan UKM. Juga mereka pula yang menjadi katup pengaman ekonomi dan penyedia lapangan kerja di saat krisis.
“Haruskah peran mereka habis begitu saja…? Tidak adakah solusi bagi mereka?,” demikian diutarakan oleh Komariah, yang pernah menjadi Ketua Gabungan Pengusaha Handricraft dan Makanan Kota Palembang, Jumat 29 November 2019.
Solusi itu muncul ketika kota Palembang dipercaya menggelar Sea Games 2011 lalu. Dengan pola swamitra yang telah berjalan sembilan tahun, ternyata semua kendala itu bisa teratasi. Pola itulah yang dicanangkan Gapeham dalam membesarkan pelaku usaha di kota ini. Sebagai ‘induk’ dari para pelaku usaha yang ada, Gapeham bahkan bersiap membantu peningkatan kemampuan manajerial dan SDM, serta infrastruktur teknologinya. Begitupun dengan struktur permodalan.
“Awalnya kami ada orang tujuh berdiskusi. Mengapa kita tidak coba untuk berperan di Sea Games itu. Alhamdulillah, kami bermufakat melahirkan perhimpunan pelaku usaha. Ya, karena waktu itu GAM di Aceh jadi isu nasional, kenapa tidak Gapeham saja namanya. Ha….Ha…Ha…,” ucap Cek Kokom.
Gapeham telah dipancang. Ini pertanda Cek Kokom saatnya menperkenalkan asosiasi itu ke berbagai instansi baik pemerintah maupun swasta. Dia pun terus mengabadikan semangat Gapeham setiap kali ada kegiatan-kegiatan pameran.
“Pertama kali Bu Fikri yang kita percaya untuk jadi ketua Gapeham. Karena ia memang sudah lama berkecimpung dengan usaha songket. Periode selanjutnya barulah dipercayakan ke saya untuk menakhodai Gapeham ini,” Cek Kokom berkisah.
Sambung Cek Kokom, Gapeham yang berkantor di Jalan Letkol Iskandar Nomor 363, RT 17 persisnya depan JM Plaza atau Toko Arifin Hasan A.S, Palembang selalu berusaha ingin membantu pelaku UKM, bisa menjadi bisnis yang menjanjikan. Ini terbukti pada peningkatan penghasilan masing-masing usaha yang ada. Bukan hanya itu, sektor usaha mikro, kecil dan menengah bahkan terbukti pula memiliki peranan sangat srategis bagi perekonomian. Kenyataan tersebut semakin menyadarkan Gapeham sebagai ujung tombak dari pelaku UKM.
“Kini, Gapeham beranggotakan 400 pelaku usaha di kota Palembang. Mereka tersebar di mana-mana. Kami (Gapeham) juga berperan sebagai penghubung antara UKM dengan pihak lain,” sambung Komariah yang bisa dipanggil Cek Kokom.
Dilanjutkan sarjana ekonomi itu, Gapeham hadir dengan solusi total dan terpadu atas persoalan dan kebutuhan UKM. Ini semua tercermin dari berbagai aktivitasnya, baik berupa bantuan keuangan (finansial assistance), bantuan manajemen (manajerial assistance).
“Pengalaman kita di Gapeham telah membuktikan, membantu usaha rakyat kecil tidak harus merugi. Malahan akan menjadi lahan bisnis yang sangat menjanjikan sepanjang dikelola secara profesional,” kata Cek Kokom.
“Sepi order” menjadi istilah yang menakutkan bagi setiap pengusaha, tak peduli di level atau bidang apa pun. Namun, yang jelas dua kata itu lebih ditakuti oleh pengusaha level menengah ke bawah. Bagaimana tidak, dalam kondisi baru memulai usaha, order tak datang-datang?
Lain halnya dengan Cek Kokom. Perempuan 50 tahun ini. Ia awalnya ibu rumah tangga, kini sudah jadi pengusaha kuliner dan beberapa usaha kreatif lainnya. Memang sepi order itu sempat menghantuinya karena awalnya Cek Kokom membuka kuliner khas Palembang.
Tercetuslah ide untuk mengambil order dari berbagai instansi serta relasi-relasi yang terdekat. Order demi order digelutinya dengan tekun dan penuh semangat. Dan, akhirnya ia dikenal sebagai pemilik usaha dengan nama Toko Arifin Hasan AS yang sukses. Apa yang dilakukan Cek Kokom memang di luar kebiasaan, tetapi itulah yang seharusnya dilakukan setiap pengusaha. Berani keluar dari kebiasaan atau pakem. Keluar dari lingkaran yang akrab dengannya dan mencoba hal baru sambil mengatasi kekurangan.
Istri dari Kgs Arifin Hasan A.S ini mengharapkan, melalui Gapeham melahirkan figur-figur pelaku UKM yang tangguh dan patut diteladani.
“Di samping itu kami (Gapeham) berkinginan sekali memiliki sebuah lokasi, saya menyebutnya Rumah UKM. Rumah tersebut kita harapkan dapat menampung berbagai produk yang dihasilkan pelaku usaha. Ya, sekaligus ajang untuk mengapresiasi UKM kita,” ujar Cek Kokom yang dikaruniai empat anak yaitu Fitri Wulandari, M Arico, Nurtria Wulandari, dan M Aldy ini.
Kekuatiran sepi order dialami hampir semua UKM. Hanya saja banyak UKM seperti terlena dalam persoalan klasik, entah permodaan, manajemen pemasaran, distribusi, dan segudang persoalan lain. Memang persoalan ini bukan dibuat-buat dan tak mudah keluar darinya.
“Namun, sikap proaktif akan membawa kita pada pemecahan masalah. Cek Kokom telah membuktikannya melalui asosiasi Gapeham,” demikian disampaikan Afandi Mulya Kesuma, Ketua Forum Sumatera Selatan Sejahtera, Jumat 29 November 2019.
Apakah pengusaha UKM lain bisa meniru langkah Cek Kokom? Afandi kembali berujar, “Bukan perbuatan orang terhadap kita yang menjadi soal. Pada dasarnya, respons yang kita pilih terhadap kita. Kini Anda punya dua pilihan, reaktif atau proaktif,” sambung Afandi.
Persoalan lain yang juga berperan dalam pemberdayaan UKM adalah iklim usaha yang kondusif. Secara sederhana, iklim yang kondusif diartikan sebagai lingkungan yang memberi kemudahan, kepastian, dan keamanan sehingga menawarkan daya tarik bagi UKM untuk berusaha.
“Untuk memenangkan persaingan, setiap pelaku usaha harus kreatif dan mengembangkan keunggulan yang dimiliki,” ucapnya.
FSS, lanjut Afandi, mengemban visi yaitu meningkatkan kontribusi wirausaha terhadap kulitas Sumsel. Sementara, misi ajang FSS ini adalah meningkatkan peranan dan citra UKM dalam pembangunan ekonomi dan iklim yang kompetitif. Memberi inspirasi dan motivasi dalam dunia kewirausahaan, mendapatkan praktik terbaik dalam pengembangan manajamen usaha, serta memberi kontribusi dalam pelaksanaan good corporate govermance.
“Di samping lembaga pemerintah dan swasta diharapkan lebih banyak membantu keberlangsungan pemberdayaan pelaku usaha, yang ternyata mampu menjadi katup penyelamat kita di tengah krisis ekonomi. Itu harapan FSS yang sesungguhnya,” ia menjelaskan.
Langkah apa yang semestinya dilakukan pemerintah sebagai regulator untuk memerbaiki kesejahteraan dengan memajukan kinerja si kecil ini? Dengan lugas Afandi menjawab, besarnya skala usaha sejatinya merupakan salah satu indikasi keberhasilan dalam meningkatkan efisiensi dan menjaga kecilnya probalitas kegagalan usaha dari waktu ke waktu.
“Besar tak selalu berarti tidak sehat. Karena itu, penting bagi FSS mendesain sebuah kebijakan membantu usaha kecil yang tepat sasaran dan tidak semata-mata berdasarkan sentimen anti terhadap usaha besar,” dia menguraikan.
Pengalaman di India dan Pakistan, misalnya. Menunjukkan kebijakan membantu usaha kecil yang bersifat proteksionis hanya menciptakan stagnasi dan lahan korupsi bagi para sebagian politisi.
“Dan, saya berkeyakinan kebijakan distortif itu hanya akan menciptakan inefisiensi dan melahirkan pemburu rente baru dari kelompok pengusaha kecil yang akan mengulang cerita lama pengusaha besar dan kroni-kroninya,” dijelaskan Afandi.
Jangan pernah lupa, kata Afandi, apapun latar belakang pelaku usaha handricraft dan makanan, apapun yang mereka pasarkan, namun satu yang pasti pelaku usaha itu sudah melakukan hal yang bermanfaat. Barangkali semula hanyalah coba-coba kini menjadi bagian dari jati diri. (rsdjafar)