Ratu Sinuhun Sang Pemersatu
KABARKATA.COM- Kesultanan Palembang Darussalam berkerjasama dengan Pimpinan Wilayah (PW) Paguyuban Keluarga Besar Pujakesuma Sumatera Selatan dan Forum Kuncen Makam Cagar Budaya (FKMCB) Sumatera Selatan menggelar ziarah dan diskusi Makam para raja dan Sultan Palembang Chapter III Makam Sabokingking, Jumat (14/1) di Komplek Makam Sabokingking, Kelurahan Sungai Buah, Kecamatan Ilir Timur II, Jumat (14/1).
Hadiri diantaranya Sultan Palembang Darussalam Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV Jaya Wikrama R M Fauwaz Diradja SH Mkn, Ketua Pimpinan Wilayah (PW) Paguyuban Keluarga Besar Pujakesuma Sumatera Selatan, Hernoe Roesprijadji, Sejarawan Sumsel, DR (CAN) Kemas Ari Panji dengan moderator Vebri Al Lintani, budayawan Palembang Yai Beck, Sejarawan Sumsel Dedi Irwanto, Kepala Sekolah SMAN 6 Palembang Fir Azwar, perwakilan Polsek IT II, Palembang, Anggota DPRD Palembang M Hibanni, Kasi Pelestarian Cagar Budaya Dinas Kebudayaan kota Palembang, Ghazali, SH, Ketua Bang Japar Sumsel Avd Iskandar Sabeni SE, SH, Asosiasi Guru Sejarah Indonesia Sumatera Selatan, Komunitas Pecinta Ziarah, budayawan Sumsel Bebi Johan Saimima.
Sultan Palembang Darussalam Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV Jaya Wikrama R M Fauwaz Diradja SH Mkn, mengatakan, keberadaan Komplek Makam Sabokingking ini sebagai edukasi kepada masyarakat agar mengetahui kerajaan Palembang sebelum adanya Kesultanan Palembang Darussalam. Tak hanya itu, keberadaan makam Raja Palembang yang berkuasa sekitar abad ke 14 hingga abad ke 17 ini sebagai bukti nyata keberadaan masa lalu Palembang.
“Makam ini untuk mengedukasi masyarakat dalam mengenal leluhur Palembang. Dengan mengenal sejarah, kita memiliki jati diri dan berkarakter untuk selalu cinta tanah air dan bela negara serta kebanggaan kita bahwa dulunya kita besar dan ke depan harus lebih besar lagi,” kata SMB IV, Jumat (14/1).
Lebih jauh kata SMB IV , komplek Sabokingking ini juga tempat dimakamnya Sido Ing Kenayan dan Ratu Sinuhun. Menurut SMB IV , keberadaan UU Simbur Cahaya yang menjadi karya dari Ratu Sinuhun yang mampu menyatukan Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel).
“Inilah tempat kembalinya Ratu Sinuhun, banyak sekali khazanah yang tidak diketahui masyarakat. Oleh sebab itulah, ziarah ini untuk mengenang kembali siapa saja yang berjasa dalam mengembangkan Palembang yang kini menjadi bapaknya orang Palembang, katanya.
Oleh sebab itulah, dia meminta kepada stakeholders maupun zuriat yang lain untuk menjaga dan merawat komplek para raja Palembang ini.
“Jika dilihat perawatannya sudah cukup baik, hanya perlu ada renovasi karena usia bangunan yang lama. Untuk itulah, para stakeholder baik itu pemerintah maupun pihak lain termasuk zuriat untuk merapikan bangunan supaya nyaman dan semakin banyak orang yang berkunjung ke sini,” katanya.
Ketua Pimpinan Wilayah (PW) Paguyuban Keluarga Besar Pujakesuma Sumatera Selatan, Hernoe Roesprijadji mengatakan, dengan kegiatan diskusi dan ziarah makam ini adalah kegiatan ketiga dalam rangkaian kegiatan ziarah dan Diskusi Makam, sebelumnya pihaknya telah berziarah kemakam Kigede Ing Suro dan Ario Damar.
“Kegiatan ini dalam rangka pelestarian budaya agar kedepannya generasi muda menjadi lebih peduli akan sejarah nenek moyang mereka yang telah bersusah payah menorehkan sejarah berdiri kota Palembang ini, kegiatan positif lainnya kita bisa memetik pelajaran dari para pendiri ubtuk diterapkan dalam hidup sehari hari “, ungkap Hernoe.
Sedangkan Sejarawan Sumsel, DR (CAN) Kemas Ari Panji menjelaskan komplek pemakaman ini banyak tokoh-tokoh yang akrab dengan perkembangan kota Palembang zaman dulu, yang dimakamkan di kompleks ini antara lain Pangeran Sido Ing Kenayan (1630-1642 M). Sido Ing Kenayan adalah Raja Palembang yang menggantikan pamannya, Pangeran Sido Ing Puro (1624-1630 M) dan kedudukannya kemudian digantikan oleh sepupunya, Pangeran Sido Ing Pasarean (1642-143 M).
Menurutnya Makam Sabokingking, merupakan pemakaman raja-raja kerajaan Islam Palembang yang telah berusia 400 tahun lebih.
Seperti makam Pangeran Sido Ing Kenayan dan istrinya Ratu Sihuhun, Sido Ing Pasarean atau Jamaluddin Mangkurat I (1630-1652), serta Pangeran Ki Bodrowongso yang pernah hidup berkisar tahun 1622-1635 Masehi. Komplek Pemakaman ini terletak di Sei-Buah, Ilir Timur II, Palembang.
Pemakaman Sabokingking dikelilingi oleh kolam, sehingga terdapat sebuah jalan menuju pemakaman yang membelah kolam.
Di pemakaman ini juga terdapat makam Al Habib Al Arif Billah Umar bin Muhammad Al Idrus bin Shahab, sebagai imam kubur Pangeran Sido Ing Kenayan dan Ratu Sinuhun, serta Panglima Kiai Kibagus Abdurrachman.
Di sekitar pemakaman para raja Palembang ini juga terdapat pemakaman umum, yang diperuntukkan bagi penduduk di sekitar daerah tersebut. Letaknya di seberang kolam atau tidak setanah dengan pemakaman Sabokingking.
Hingga kini, Ratu Sinuhun diyakini sebagai penulis kitab Simbur Cahaya. Kitab ini sering pula disebut Undang-undang Simbur Cahaya, yang isinya norma hukum adat dan sampai sekarang penerapan isi di kitab Undang Undang Simbur Cahaya masih bisa dilihat di daerah uluan.