Penemuan Enam Nisan Kuno di Palembang Tidak Dapat Tanggapan Pemerintah Daerah
KABARKATA.COM – Kajian Sejarah Lokal Series #1 dengan judul :” Temuan Nisan 16 Ilir dan Materi Perkuliahan Sejarah Islam”, Sabtu (12/2) yang diselenggarakan oleh Laboratorium Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sriwijaya (Unsri) di Laboratorium Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sriwijaya (Unsri) di Jalan Ogan, Bukit Besar, Palembang.
Hingga kini masih banyak pertanyaan atas penemuan enam nisan kuno di Komplek Pertokoan Tengkuruk Permai Blok C, 17 Ilir tepatnya di tengah jalan antara Toko Edward Hanger dan JNE beberapa waktu lalu. Namun sangat disayangkan, penemuan enam nisan dan tindak lanjut dari penemuan lokasi nisan tersebut tidak mendapatkan tanggapan yang berarti oleh pembuat kebijakan di Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumsel.
“ Sebetulnya mau dibawa kemana sebetulnya situs ini , namun yang menarik dari sisi lain ketika banyak kota di dunia mencoba menggali situs yang ada , dan menjadikan itu lokasi itu kajian dan peluang pengembangan pariwisata lebih lanjut , tapi menurut saya situs penemuan 6 nisan kuno di Palembang di di Komplek Pertokoan Tengkuruk Permai Blok C, 17 Ilir tepatnya di tengah jalan antara Toko Edward Hanger dan JNE justru tidak mendapatkan tanggapan yang berarti atau ditempatnya sebagaimana mestinya oleh pembuat kebijakan di kota Palembang dan Provinsi Sumsel, ini sangat disayangkan,” kata Kepala Laboratorium Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Sriwijaya (Unsri) Dr Dedi Irwanto MA dalam Kajian Sejarah Lokal Series #1 dengan judul :” Temuan Nisan 16 Ilir dan Materi Perkuliahan Sejarah Islam”, Sabtu (12/2) yang diselenggarakan oleh Laboratorium Program Studi Pendidikan Sejarah Unsri di Laboratorium Program Studi Pendidikan Sejarah Unsri di Jalan Ogan, Bukit Besar, Palembang.
Kegiatan kajian ini dilaksanakan secara offline dan zoom virtual meeting.
Sedangkan narasumber kajian , Dosen Fakultas Adab dan Humaniora UIN Raden Fatah, Palembang, Dr (Cand) Kemas Abdurrahman Panji Msi dan Dosen Pendidikan Sejarah FKIP Unsri, Dr Hudaidah MPd.
Apalagi menurut Dedi sebetulnya situs ini sempat viral sehingga pihaknya mencoba melihatnya dengan kacamata sejarawan, apakah ini bagian dari sebuah kebudayaan besar tentang Keraton di Kota Palembang atau pertanyaan besar lainnya apakah situs ini memiliki relevansi ketika dijadikan salah satu bahan ajar di perguruan tinggi.
“ Pertanyaan-pertanyaan ini nanti menjadi pemacu kita dalam seminar dan kajian kita hari ini,” kata sejarawan Unsri ini.
Sedangkan Dosen Fakultas Adab dan Humaniora UIN Raden Fatah, Palembang, Dr (Cand) Kemas Abdurrahman Panji Msi menilai perlu adanya kepedulian pemerintah dalam penyelamatan penemuan enam nisan kuno ini.
“Ketika kemarin pemerintah sudah peduli dengan membuat tim kita sudah apresiasi baik kepada Pemerintah Kota dan Pemerintah Provinsi yang cepat, tanggap tapi harus ada kelanjutan, harus ada regulasi kedepan, “ katanya.
Kemas Abdurrahman Panji Msi yakin setiap penggalian yang dilakukan perusahaan di Palembang tidak koordinasi dengan Kantor Arkeologi Sumsel .
“ Tidak pernah di laporkan temuan-temuan itu , dulu ketika bangun Fly Over, saya yakin itu dibeberapa titik banyak temuan, lalu pembangunan tidak memperhatikan amdal, nah kelemahan-kelemahan kebijakan inilah yang harus diperbaiki ini harus ada regulasi pemerintah, artinya ada pembangunan di Palembang harus ada komitmen untuk dilaporkan , “ katanya.
Dia sepakat nama-nama yang ada di nisan kuno adalah jejak tinggalan masa lalu yang sebaiknya menurutnya jika pemerintah membuat nama daerah atau jalan baru agar jangan dihilangkan nama-nama ini agar identifikasinya tidak hilang.
“ Banyak nama-nama toponim di Palembang yang berganti dan tidak berdasarkan sejarah, “ katanya.
Sedangkan Dosen Pendidikan Sejarah FKIP Unsri, Dr Hudaidah MPd menjelaskan penemuan enam nisan kuno berdasarkan identifikasi adalah nama satu keluarga yaitu ada kakeknya, ada ibu bapaknya, ada anak.
“ Kemungkinan ini kumpulan satu keluarga, ini asumsi saya dan saya menganalisis nama-nama pada nisan , nama-nama pada nisan jelas nama satu keluarga,” katanya.
Apalagi kalau di katakan lokasi tersebut adalah tempat menjual nisan, menurutnya tidak mungkin ada ditemukan nisan satu keluarga .
“Temuan nisan Pasar 16 Ilir merupakan makam Ulama Bebas yang hidup di abad ke-19 masehi. “Ulama ini hidup setelah Kesultanan Palembang Darussalam di ambil alih Kolonial Belanda. Asumsinya saat itu tidak ada lagi ulama keraton. Ulama yang ada hanya ulama bikrokrat dan ulama bebas,” katanya.
Sebelumnya Kajian Sejarah Lokal ini dibuka oleh Koordinator Program Studi Pendidikan Sejarah FKPI Unsri Dr Syarifuddin M.Pd mendukung laboratorium sejarah Unsri ini produktif dengan kajian-kajian atau kegiatan apapun untuk mensuport mahasiswa sejarah dan mahasiswa Unsri pada umumnya.
“Kita ingin mengemas bagaimana temuan-temuan yang ada di Palembang dalam konteks Palembang Darussalam memberikan kekayaan khazanah budaya pada kita , terutama hal-hal yang belum kita ketahui ,” katanya.
Sedangkan Ketua Pelaksana M Reza Arviansyah mengatakan, kegiatan ini ditargetkan dihadiri sekitar 300 orang terutama dari zoom meeting.
“ Besar harapan saya acara ini dapat berlangsung dari awal hingga akhir dan seluruh peserta dapat mengikuti rangkaian acara ini,” katanya.