Sumsel Bencana Kabut Asap Kategori Waspada, Ini Kata BMKG
Palembang, kabarkata.com – Prakiraan cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) di wilayah Sumatera Selatan, akan terjadi potensi kabut asap di Wilayah Sumsel pada tanggal 27-29 Oktober 2019.
Secara Regional, adanya Badai Tropis Bualoi dan Pusat Tekanan rendah di Samudera Hindia mengakibatkan adanya penarikan massa udara ke wilayah tersebut, hal ini mengakibatkan masih minimnya potensi hujan selama 2 (dua) hari ke depan (25-26 Oktober 2019) di wilayah Sumsel dan mengakibatkan tetap adanya potensi kabut asap.
Seiring melemahnya Badai Tropis Bualoi akan berpotensi munculnya Borneo Vorteks (Sirkulasi Kalimantan) yang menyebabkan masuknya massa udara dari Laut Cina Selatan dan Laut Jawa ke wilayah Sumsel akan menyebabkan potensi hujan pada 27-29 Oktober 2019 di wilayah Sumsel dengan kriteria hujan sedang-lebat di wilayah Sumsel di wilayah Kabupaten Musi Rawas, Muratara, Kota Lubuk Linggau, Empat Lawang, Kota Pagar Alam, Muba, Lahat, PALI, OKU, OKU Selatan, Muara Enim, Kota Prabumulih, Banyuasin dan Kota Palembang dan hujan ringan di wilayah OKI, OI dan OKU Timur.
Sedangkan secara Lokal, kondisi hujan akibat faktor lokal (awan konvektif dan orografis) akan tetap berpotensi di wilayah bagian barat Sumsel dikarenakan kelembapan udara lapisan atas cukup memadai untuk pertumbuhan awan dan berdataran tinggi, biasanya hujan yang terjadi berlangsung sebentar, sporadis (berbeda tiap tempat) dan berpotensi petir disertai angin kencang.
Selain itu, kondisi angin permukaan yang tercatat di BMKG Stasiun Meteorologi SMB II Palembang umumnya dari arah Timur hingga Tenggara dengan kecepatan 5 sampai 20 Knot (9-37 Km/Jam) mengakibatkan potensi masuknya asap akibat Karhutbunla ke wilayah Kota Palembang dan sekitarnya.
Sumber dari LAPAN Tanggal 24 Oktober 2019 tercatat beberapa titik panas di wilayah sebelah Tenggara Kota Palembang dengan tingkat kepercayaan di atas 80 persen yang berkontribusi asap ke wilayah Kota Palembang yakni pada wilayah Banyu Asin 1, Pampangan, Pedamaran, Tulung Selapan, Cengal, Lempung dan Pematang Panggang.
Intensitas Asap (Smoke) sendiri umumnya meningkat pada pagi hari (04.00-08.00 WIB) dan sore hari (16.00-20.00 WIB) dikarenakan labilitas udara yang stabil (tidak ada massa udara naik) pada waktu-waktu tersebut.
Fenomena Asap sendiri diindikasikan dengan kelembapan yang rendah dengan partikel-partikel kering di udara, mengurangi jarak pandang, beraroma khas, perih di mata, mengganggu pernafasan dan matahari terlihat berwarna oranye maupun merah pada pagi ataupun sore hari.
Hal ini berpotensi memburuk jika adanya campuran kelembapan yang tinggi (partikel basah/uap air) sehingga membentuk fenomena Kabut Asap (Smog) yang umumnya terjadi pada pagi hari.
Seperti halnya hari ini, jumat (25/10/2019), jarak pandang terendah berkisar hanya 700-900 meter dari jam 04.00-06.00 WIB dengan Kelembapan pada saat itu 92 sampai 86 persen dengan keadaan cuaca Asap (Smoke) yang berdampak pada 8 (delapan) penerbangan di Bandara SMB II Palembang mengalami delay (tertunda).
Kondisi Asap masih tetap berpotensi terjadi di Sumsel dikarenakan wilayah-wilayah yang memiliki jumlah titik panas yang signifikan belum terpapar hujan yang cukup mengingat luas dan dalamnya lahan gambut yang terbakar.
Hujan Sistem Konvektif berskala Meso (Mesoscale Convective System/MCS) dengan indikasi Awan Hujan (Cumulonimbus) yang memanjang lebih kurang 200 kilometer diyakini dapat memadamkan titik-titik panas karhutbunla dikarenakan hujan yang diakibatkana berlangsung lama dan biasanya terjadi pada malam hingga pagi hari.
Sementara itu, BMKG Sumsel menghimbau kepada masyarakat untuk senantiasa menggunakan masker dan berhati-hati saat bertransportasi pada pagi hari (04.00-08.00 WIB) dan sore hari (16.00-20.00 WIB) seiring potensi adanya partikel udara kering di udara (asap) dan menurunnya jarak pandang serta tidak melakukan pembakaran. (Nasir)